
Wawancara Santai: Belajar Al-Qur'an? Apa Untungnya?
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, Sahabat Latansa Cendekia. Perkenalkan ini adalah artikel perdana dari “wawancara santai”. Apa sih wawancara santai itu? Wawancara santai adalah kumpulan artikel yang memuat hasil wawancara mimin web LC bersama para tokoh yang pastinya akan sharing kepada pembaca seputar pengalaman, insight, dan pastinya banyak ilmu yang bisa kita dapatkan juga. Insya Allah, kami ke depannya akan mengajak berbincang santai orang-orang yang tekun di bidangnya. Apabila pembaca artikel memiliki rekomendasi seorang tokoh tertentu (bisa guru, ustadz/ustadzah, ilmuwan, tokoh seniman dan lain sebagainya) yang bisa kami ajak berbincang, bisa beritahu kami ya. Hubungi kami melalui Direct Message di Instagram @smaitlc.id.
Nah, kali ini mimin Web LC berkesempatan mewawancarai guru program khusus Al-Qur’an, yaitu beliau Ustadz Muhammad Zuhro Ramadhan, S.Pd. Seorang Qori’ (pembaca Al-Qur’an) yang sudah tidak asing lagi di telinga warga Latansa Cendekia. Beliau sehari-hari dikenal sebagai Qori’, Muadzin, dan guru Al-Qur’an dengan suaranya yang khas. Kami berkesempatan untuk mewawancarai beliau seputar Ilmu Al-Qur’an via daring. Pada episode ini, kami batasi tema pembicaraan perihal ilmu tajwid ya teman-teman. Insya Allah di lain kesempatan akan kita sambung lagi dengan tema Al-Qur’an lainnya.
Q: “Ustadz, Sudah berapa lama menekuni ilmu Al-Qur’an”
A: “Sudah lama sejak kelas 1 SMP semenjak di pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Qodr“
Q: “Di pesantren ilmu apa yang dipelajari perihal Al-Qur’an?”
A: “Di pesantren (tempat saya belajar) khususnya yang dipelajari yaitu ilmu tajwid-nya, untuk metode (thariqah) yang dipakai yaitu yanbu’a, dari ponpes Yanbu’ul Qur’an, Kudus“
Q: “Siapa Guru Al-Qur’an yang mengantarkan Ustadz Zuhro sampai seperti sekarang ini?”
A: “Saya belajar ilmu tajwid dan menghafal Al-Qur’an bersama guru saya dan sudah saya anggap orang tua sendiri, yaitu bernama Al-Mukarram Al-Ustadz Bunyamin Azhari Al-Hafidz. Juga mengambil sanad pengajaran Al-Qur’an dari KH. Ulil Albab Arwani untuk metode Yanbu’a“
Q: “Bagaimana tahapan kita dalam mempelajari Al-Qur’an?”
A: “Yang pertama, kita niatkan bersungguh-sungguh, ingin belajar dan ingin bisa memahami ilmu tajwid agar kita bisa membaca Al-Qur’an. Karena, dalam membaca Al-Qur’an itu yang mengatur adalah ilmu tajwid. Setelah itu, langkah awal (dalam mempelajari), kita pelajari makharijul huruf. Setelah mempelajari makharijul huruf, kita mempelajari sifat-sifat huruf. Kedua, setelah itu semua sudah selesai, kita masuk ke ilmu tajwid. Maksud saya, mencakup hukum idgham, ikhfa, iqlab, dsb. Ingat, mempelajari ini harus bersama guru.“
Q: “Terkadang kita sebagai generasi muda adakala sedang malas mempelajari Al-Qur’an, ada tips dari Ustadz untuk semangat mempelajari Al-Qur’an?”
A: “Yang pertama, kita harus mencintai (Al-Qur’an). Kalau kita sudah cinta, pasti timbul rasa sayang, apabila ada rasa sayang ini, kita menjadi enggan pergi meninggalkan Al-Qur’an. Ingat, Al-Qur’an ini adalah ‘kalamullah’, Allah Berbicara kepada kita. Al-Qur’an ini juga ‘hudallinnas’ (petunjuk untuk manusia). KetIka kita membaca Al-Qur’an akan bernilai ibadah. Itu menjadi motivasi kita. Kedua, manfaat mempelajari (tadabur) Al-Qur’an, yakni kita menjadi tahu hukum (syari’at), mana yang baik, mana yang tidak baik. Kalau kita sudah cinta pasti kita akan selalu membaca Al-Qur’an. Kalau bisa satu juz, ya satu juz, bila tidak ya setengah juz, bila tidak ya beberapa ayat. Yang penting kita setiap hari membaca Al-Qur’an.
Dari Abu Umamah al Bahili, Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya.” (Hadis Shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim).”
Q: “Tadi Ustadz Zuhro sempat berpesan bahwa dalam belajar Al-Qur’an harus ada gurunya, apa sih dampak negatif jika mempelajari Al-Qur’an tanpa guru? misal hanya melalui internet”
A: “Jika kita belajar (Al-Qur’an) tanpa guru, maka gurunya adalah syaithan. Belajar tanpa guru tidak mendapatkan keberkahan, sebab jika kita belajar hanya di internet, kita tidak jelas sanad (alur keilmuwan) kepada siapa. Juga tidak ada yang mengoreksi jika kita salah. Jadi, tidak ada yang bertanggung jawab. Selanjutnya, jika tanpa guru maka kita tidak mendapatkan doa dan ridha’ dari seorang guru, yang doa tersebut biasanya mengenai keberkahan dan kebermanfaatan ilmu di dunia dan akhirat.”
Alhamdulillah, sahabat latansa cendekia, itu hasil wawancara santai dari mimin web LC bersama ustadz Zuhro. Ternyata, untuk dapat terikat dengan Al-Qur’an, kita harus cinta terlebih dahulu dengan Al-Qur’an. Semoga kita termasuk golongan yang mencintai Al-Qur’an dan dikumpulkan oleh Allah bersama orang yang mencintai Al-Qur’an. Aamiin. Sampai jumpa di kesempatan wawancara santai selanjutnya. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Lihat juga video Ustadz Zuhro Adzan - Youtube